INAWALA, OPINI - Bagi umat Islam bulan ramadan merupakan bulan mulia yang penuh dengan keberkahan dan ampunan. Tak heran jika pada bulan itu banyak umat muslim yang bertakwa berlomba-lomba untuk memperbanyak amal dan ibadah karena pahalanya akan dilipat gandakan.
Terlepas dari hal-hal yang berbau religius, di bulan ramadan sering kali kita merasakan ada sebuah nuansa yang berbeda, suasana khas ramadan.
Lepas dini hari, kita mulai mendengar suara koprekan keliling kampung untuk membangunkan orang supaya sahur. Kemudian setelah Asar, kita mulai melihat pedagang takjil yang berjajar di pinggir-pinggir jalan, dan makin sore biasanya lalu lintas akan semakin padat. Masih banyak khas ramadan lainnya yang selalu membuat kita rindu ketika ramadan telah berlalu.
Ada lagi kebiasaan di bulan ramadan, namun kebiasaan yang ini kayaknya lebih banyak mudaratnya, yaitu petasan dan balap liar.
Entah siapa pencetus dua aktifitas itu. Yang jelas menyalakan petasan dan balap liar seperti menjadi paket bulan ramadan, meskipun sudah banyak yang celaka akibat kegiatan yang tidak ada faedahnya tersebut, namun setiap tahun selalu terulang dan terjadi lagi. Bahkan menyalakan petasan seperti sudah menjadi tradisi di masyarakat terutama anak-anak muda.
Kalau menyalakannya di lapangan atau di tempat-tempat yang tidak digunakan untuk akses publik, mungkin masih lumayan bisa diterima. Setidaknya jika meledak dan mencelakai, yang tercelakai adalah mereka yang memang bermain petasan. Lha ini, menyalakan petasan kok di jalanan dimana banyak lalu lintas masyarakat.
Selaian menyalakan petasan, kebiasaan lainnya di bulan ramadan adalah balap liar. Aktifitas ini hampir bisa dipastikan selalu ada di bulan puasa. Biasanya mereka mengadu adrenalin pada dini hari hingga subuh dan biasanya pula disertai dengan taruhan menggunakan uang.
Nggak tahu juga bagaimana asal mulanya balap motor menjadi satu aktifitas yang identik dengan bulan ramadan. Aktifitas ini seperti sudah teragendakan oleh anak-anak muda. Meskipun sudah banyak korban dan kerap kali dibubarkan oleh polisi, bahkan ada yang hingga disita motornya, namun hanya dua hingga tiga hari saja mereda. Setelah itu balap liar akan dilakukan lagi.
Petasan dan balap liar, memang bukan merupakan sesuatu yang baru. Kegiatan semacam ini sudah ada sejak dulu. Tradisi bermain petasan di bulan ramadan telah dilakukan pada sekitar tahun 70an. Sementara untuk balap liar, pada sekitar tahun 90an. Itu artinya sudah menjadi "tradisi" turun temurun lintas generasi. Dari mulai generasi X, lalu generasi milenial dan kini turun ke generasi Z.